Apakah yang ghaib selain Tuhan? Bukan setan, bukan malaikat, bukan sebangsa Jin, atau apapun yang sulit di reka oleh panca indera. Kelahiran dan kematian itu pasti ghaib. Tetapi tak dapat kuceritakan kepadamu tentang pengamalan kelahiran. Tak dapat kuceritakan kepadamu tentang pengalaman kematian.
Siapapun dirimu, wahai manusia, adakah didirimu mengingat masa-masa kelahiranmu? Tidak. Adakah didirimu mengingat masa-masa dimana kematian menjemputmu? Sama sekali tidak. Hanya orang lain, orang dekat kita mungkin yang akan menceritakan dua episod pengalaman itu.
Tetapi yang namanya jodoh, pernikahan, kawin, siapa pasangan kita, benar-benar takdir. Engkau dan saya, kita bisa menceritakannya, kita bisa mengigat semua detil-detilnya. Hari ini, esok, lusa, tahun depan, ya sepanjang desah nafas ini masih terasa, adalah diri kita yang mampu menceritakan kejadian itu.
Pernikahan itu adalah misteri, aku dan kamu adalah misteri. Ada yang pernah datang lalu pergi. Pergi tanpa rasa bersalah, hingga tak pernah terucap kata maaf... itulah manusia dengan balutan suci, bersembunyi dibalik keagungan Tuhan. Hingga tak ada katanya yang perlu dimaafkan.
Aku dan kamu adalah misteri, sedangkan yang pergi adalah kenyataan. Kenyataan yang pernah kuceritakan kepadamu yang karena engkaulah misteri itu. Luka dan luka yang telah tersayat, kau mengobatinya, kau menghiburnya, hingga pada akhirnya dengan sebuah “misteri” itu Tuhan lalu mengikatkan kita, pada misteri yang saling jawab menjawab.
Pesta! Ya..ada pesta. Tetapi aku dan kamu tidak pernah menikmatinya. Hanyalah kerumunan, keramaian keluarga, keramaian tetangga yang di sana menikmatinya. Aku dan kamu ingin segera mengakhiri secepatnya pesta itu. Itu sangat menggangu “kedamaian” yang sudah lama kita impikan. Terimalah itu sebagai kenyataan pula, aku dan kamu adalah suku bugis, aku dan kamu harus ada pesta. Kalau tak ada pesta, keramaian akan mengutuk misteri itu. Aku dan kamu ingin pasti berteriak pada waktu itu: Tuhaaa.....aaaaan aku hanya butuh akad, setelah itu yah sudah, aku ingin meninggalkan kerumunan ini.
Tak ada uang, tak ada biaya, jujur aku tak memiliki semuanya itu, karena misteri yang terjawab oleh misteri akhirnya semua selesai pada waktunya. Selesai tetapi akan ada selalu perjalanan yang aku dan kamu nantikan, masih akan menjadi misteri.
Bagaimana rasanya melihat harapan masa depan itu, aku dan kamu mengimpikannya, kukecup dia, kukecup pada yang bernama harapan itu, hingga kau tak pernah merasa sendiri lagi seperti dahulu.
Tidak ada yang salah dengan kenyataan, kalu aku dan dirimu bersalah, Tuhan selalu membuka pintu maaf dan pintu taubatnya.
Satu persatu setelah misteri yang satu pergi, datanglah lagi misteri yang satunya. Aku dan kamu ingin menyepi, mencari kesunyian, mencari kedamaian, lagi-lagi kita bersimpuh pada harapan masa depan, ada-ada lagi ujian.
Aku tak punya uang, se-sen pun, aku dan kamu lari dari kerumunan, beruntunglah diriku ini karena engkau pernah menabung pada dirimu, dan ternyata tabungan itulah diperuntukan pada yang bernama harapan.
Ini akan membekas selalu, aku dan kamu hendak mencari kedamaian di sebuah kota ramai, tapi aku dan kamu menganggapanya sebagai kota sunyi sebab ada damai yang kita temukan berdua di sana.
Dan sebelum menjangkau kota pelarian itu, walau hanya sementara di sana, lagi-lagi aku dan kamu diuji, di tengah uang yang engkau pernah tabung, cukup untuk berangkat di sebuah kota sunyi, sekitar Rp. 1.500.000 ludes tak berguna untuk biaya pelarian aku dan kamu. Kau menenangkan diriku, sabar sayangku, inilah ujian yang akan kita cerita pada harapan yang telah menapak dirinya pada aku dan kamu.
Pesawat pelarian kita, telah meninggalkan kita. Ujuk-ujuknya engkau memberikan lagi uang Rp. 1000.000 lagi agar aku dan kamu tetap bisa mengecap kedamaian di sana.
Aku dan kamu selalu kehabisan, tapi selalu ada yang menolong, selalu ada yang membantu, mulai dari keluarga, teman, hingga orang yang sama sekali hanya dikenal melalui jejaring sosial.
Berdagang ilmu, menjual buku ala kadarnya jawaban dari tiap misteri itu, seolah-olah aku selalu merasakan, setiap orang yang mengorder buku yang kita jual berdua, para pembeli itu adalah malaikat yang dikirim oleh Tuhan untuk selalu memberi pertolongan kepada kita.
Aku dan kamu, dan pada harapan itu, seyakin-yakinnya selalu dalam sorotan misteri satu persatu. Aku dan kamu tak pernah kelaparan walau simpanan uang habis lagi. Karena ada-ada saja, misteri selalu datang pada waktunya.
Ketemu dengan dirimu adalah misteri, harapan adalah misteri. Aku, kamu, dan harapan adalah rezeki maha sempurna yang ditaburkan Tuhan di muka bumi ini. Percayalah....!!!!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar