Walau bulan ramadhan dalam suasana matahari yang begitu terik, panas, nelangsa 62 tahun Universitas Muslim Indonesia tetap terhelat dengan meriah.
Tepatnya di uditorium Al Jibra yang dihadiri sejumlah kalangan, Gubernur Sulsel (Syahrul Yasin Limpo), Wali Kota Makassar (Dani Pomanto), Direktur Jendral (Dirjen) Penanganan Fakir Miskin, Kementrian Sosial RI (Andi Zainal Dulung), serta tamu undangan dari berbagai Perguruan Tinggi Swasta lainnya. Rektor UMI Prof Masrurah Mokhtar, berkelakar akan sejumlah prestasi yang telah diraih universitas bercorak hijau itu di hadapan para tamu, Kamis 23 Juni 2016 kemarin.
Pernyataan sang rektor berwajah kemayu bukan sembarang asal bicara. Siapalah yang meragukan pencapaian UMI di usianya yang sudah terbilang menua dengan berbagai hadangan yang merintanginya, untuk menjadi universitas swasta kebanggan se-indonesia timur.
Sebagai kampus yang telah menelorkan banyak alumni, yang kini telah banyak berlaga baik di pentas lokal maupun di pentas nasional, tak sia-sialah kemudian akhirnya diganjar sebagai PTS yang berada di urutan ke-10 dari 3.900 PTS se-Indonesia. Bahkan berdasarkan penilaian Kemenristik Dikti, kini UMI sudah berada di peringkat 34 PTN/PTS. Di tahun ini (2016) UMI juga terpilih sebagai PTS terfavorit di Makassar berdasarkan hasil survey Pusat dan Analisis Tempo.
Kampus solutif
Awalnya, UMI berdiri dengan berangkat dari kegelisahan para cendikiawan, ulama, birokrat, militer, dan raja-raja Bugis-Makassar. Mereka semua menginginkan harus ada perguruan tinggi modern yang dapat mengantisipasi perubahan zaman, akan tetapi tetap konsisten dalam menjaga nilai-nilai ukhuwah dan dakwah Islam.
Lahirlah UMI yang kondisinya sudah demikian pesat sampai sekarang, berbagai fakultas dan penjurusan bernaung di dalamnya, tidak hanya dengan strata satu, tetapi strata dua dan strata tiga kini sudah banyak dibuka di sana.
Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai ukhuwah dan dakwah islamiah bagi setiap insan akademisnya, Universitas yang terletak di tengah-tengah kota ini, sembari tetap memacu kualitas juga telah menjadi PTS yang mengemban amanat sebagai kampus solutif “mencerdaskan kehidupan bangsa” di tengah pesat dan padatnya animo banyak orang hendak melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Ada banyak orang di negeri ini, memiliki tekad kuat untuk menempa pendidikan di perguruan tinggi, akan tetapi dengan makin beratnya kompetisi masuk di perguruan tinggi negeri bergengsi, pada akhirnya terhempas karena kalah dari beberapa orang yang kecerdasannya di atas rata-rata. Padahal kalau kembali ditilik amanat dan tujuan pembangunan nasional di negeri ini, bukankah semua orang berhak mendapatkan pendidikan tanpa mempersoalkan multikemampuan mereka.
Dalam konteks inilah, UMI hadir dengan peran para insan akademisnya yang tak perlu diragukan lagi. Sumber daya, sarana dan prasarana yang disediakan pada kenyataannya juga dapat memberi jaminan akan misi Tridarma Perguruan Tinggi yang berwawasan duniawi, dan mampu mengembangkan segi pendidikan yang berwawasan ukhrawi, yang dilandaskan atas kesadaran diri setiap insan yang melibatkan diri di dalamnya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT.
PTS Unggul
UMI sebagai perguruan tinggi swasta pertama dan terbesar di kawasan timur Indonesia, saat ini telah mencetak alumni sebanyak 86.491 orang, sejak resmi berdiri pada 23 Juni 1954 silam. Pada kenyataannya memang UMI tidak bisa lagi dipandang sebelah mata, ada berbagai prestasi telah ditorehkannya mulai dari tingkat nasional hingga tingkat internasional. Berbagai kerja sama dengan berbagai institusi dan lembaga telah dijalin UMI selama masa kepemimpinan Rektor Prof. Dr. Masrurah Mokhtar. Salah satunya dengan Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan (DKP3) kota Makassar Februari 2016.
Sebagai kampus hijau, UMI juga telah mencitrakan dirinya dalam penghijauan kota Makassar di tengah kota metropolitian Makassar yang semakin pengik dengan polusi kendaraan. UMI dan Pemerintah kota (Pemkot) Makassar telah bekerjasama dalam menyukseskan program Lorong Garden (Longgar) dan menciptakan ruang terbuka hijau di Makassar dengan penyerahan 1.600 bibit pohon dan tanaman.
Sebagai PTS yang unggul, Apa yang tidak ada di UMI? fakultas kedokteran yang kerap hanya menjadi kebanggan PTN, UMI juga punya. Fakultas Tekhnik dengan segala penjurusannnya, juga ada di kampus peradaban itu. Bahkan dengan fasilitas laboratorium, ruang praktikum, UMI benar-benar telah menjadi mandiri dalam membina calon-calon abdi negara, yang tidak hanya pada arena profit, tetapi telah menyembur ke insan binaan yang mulia di hadapan Allah SWT.
Dengan pengajar mumpuni, dosen yang telah banyak bergelar profesor di tiap fakultas dan jurusannya, UMI sudah saatnya menjadi perhatian pemerintah guna pengembangan IPTEK dan IMTAK bagi calon-calon generasinya yang akan menjadi pelanjut bangsa ini, ke depannya.
Tidak mengapa, Universitas kebangaan di Indonesia Timur tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menggelontorkan “bea siswa” bagi mahasiswa yang berpretasi dan mahasiswa yang tidak mampu, sebab toh pada kenyataannya UMI telah menjawab tuntutan nasional. Bahwa bangsa yang dapat maju, adalah bangsa yang tidak bersikap diskriminatif terhadap warganya yang ingin memberikan sumbangsi buat negerinya, yaitu berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Kampus hijau, kampus peradaban, jayalah selalu.
Tepatnya di uditorium Al Jibra yang dihadiri sejumlah kalangan, Gubernur Sulsel (Syahrul Yasin Limpo), Wali Kota Makassar (Dani Pomanto), Direktur Jendral (Dirjen) Penanganan Fakir Miskin, Kementrian Sosial RI (Andi Zainal Dulung), serta tamu undangan dari berbagai Perguruan Tinggi Swasta lainnya. Rektor UMI Prof Masrurah Mokhtar, berkelakar akan sejumlah prestasi yang telah diraih universitas bercorak hijau itu di hadapan para tamu, Kamis 23 Juni 2016 kemarin.
Pernyataan sang rektor berwajah kemayu bukan sembarang asal bicara. Siapalah yang meragukan pencapaian UMI di usianya yang sudah terbilang menua dengan berbagai hadangan yang merintanginya, untuk menjadi universitas swasta kebanggan se-indonesia timur.
Sebagai kampus yang telah menelorkan banyak alumni, yang kini telah banyak berlaga baik di pentas lokal maupun di pentas nasional, tak sia-sialah kemudian akhirnya diganjar sebagai PTS yang berada di urutan ke-10 dari 3.900 PTS se-Indonesia. Bahkan berdasarkan penilaian Kemenristik Dikti, kini UMI sudah berada di peringkat 34 PTN/PTS. Di tahun ini (2016) UMI juga terpilih sebagai PTS terfavorit di Makassar berdasarkan hasil survey Pusat dan Analisis Tempo.
Kampus solutif
Awalnya, UMI berdiri dengan berangkat dari kegelisahan para cendikiawan, ulama, birokrat, militer, dan raja-raja Bugis-Makassar. Mereka semua menginginkan harus ada perguruan tinggi modern yang dapat mengantisipasi perubahan zaman, akan tetapi tetap konsisten dalam menjaga nilai-nilai ukhuwah dan dakwah Islam.
Lahirlah UMI yang kondisinya sudah demikian pesat sampai sekarang, berbagai fakultas dan penjurusan bernaung di dalamnya, tidak hanya dengan strata satu, tetapi strata dua dan strata tiga kini sudah banyak dibuka di sana.
Dengan tetap mempertahankan nilai-nilai ukhuwah dan dakwah islamiah bagi setiap insan akademisnya, Universitas yang terletak di tengah-tengah kota ini, sembari tetap memacu kualitas juga telah menjadi PTS yang mengemban amanat sebagai kampus solutif “mencerdaskan kehidupan bangsa” di tengah pesat dan padatnya animo banyak orang hendak melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
Ada banyak orang di negeri ini, memiliki tekad kuat untuk menempa pendidikan di perguruan tinggi, akan tetapi dengan makin beratnya kompetisi masuk di perguruan tinggi negeri bergengsi, pada akhirnya terhempas karena kalah dari beberapa orang yang kecerdasannya di atas rata-rata. Padahal kalau kembali ditilik amanat dan tujuan pembangunan nasional di negeri ini, bukankah semua orang berhak mendapatkan pendidikan tanpa mempersoalkan multikemampuan mereka.
Dalam konteks inilah, UMI hadir dengan peran para insan akademisnya yang tak perlu diragukan lagi. Sumber daya, sarana dan prasarana yang disediakan pada kenyataannya juga dapat memberi jaminan akan misi Tridarma Perguruan Tinggi yang berwawasan duniawi, dan mampu mengembangkan segi pendidikan yang berwawasan ukhrawi, yang dilandaskan atas kesadaran diri setiap insan yang melibatkan diri di dalamnya sebagai mahluk ciptaan Allah SWT.
PTS Unggul
UMI sebagai perguruan tinggi swasta pertama dan terbesar di kawasan timur Indonesia, saat ini telah mencetak alumni sebanyak 86.491 orang, sejak resmi berdiri pada 23 Juni 1954 silam. Pada kenyataannya memang UMI tidak bisa lagi dipandang sebelah mata, ada berbagai prestasi telah ditorehkannya mulai dari tingkat nasional hingga tingkat internasional. Berbagai kerja sama dengan berbagai institusi dan lembaga telah dijalin UMI selama masa kepemimpinan Rektor Prof. Dr. Masrurah Mokhtar. Salah satunya dengan Dinas Kelautan Perikanan Pertanian dan Peternakan (DKP3) kota Makassar Februari 2016.
Sebagai kampus hijau, UMI juga telah mencitrakan dirinya dalam penghijauan kota Makassar di tengah kota metropolitian Makassar yang semakin pengik dengan polusi kendaraan. UMI dan Pemerintah kota (Pemkot) Makassar telah bekerjasama dalam menyukseskan program Lorong Garden (Longgar) dan menciptakan ruang terbuka hijau di Makassar dengan penyerahan 1.600 bibit pohon dan tanaman.
Sebagai PTS yang unggul, Apa yang tidak ada di UMI? fakultas kedokteran yang kerap hanya menjadi kebanggan PTN, UMI juga punya. Fakultas Tekhnik dengan segala penjurusannnya, juga ada di kampus peradaban itu. Bahkan dengan fasilitas laboratorium, ruang praktikum, UMI benar-benar telah menjadi mandiri dalam membina calon-calon abdi negara, yang tidak hanya pada arena profit, tetapi telah menyembur ke insan binaan yang mulia di hadapan Allah SWT.
Dengan pengajar mumpuni, dosen yang telah banyak bergelar profesor di tiap fakultas dan jurusannya, UMI sudah saatnya menjadi perhatian pemerintah guna pengembangan IPTEK dan IMTAK bagi calon-calon generasinya yang akan menjadi pelanjut bangsa ini, ke depannya.
Tidak mengapa, Universitas kebangaan di Indonesia Timur tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah daerah menggelontorkan “bea siswa” bagi mahasiswa yang berpretasi dan mahasiswa yang tidak mampu, sebab toh pada kenyataannya UMI telah menjawab tuntutan nasional. Bahwa bangsa yang dapat maju, adalah bangsa yang tidak bersikap diskriminatif terhadap warganya yang ingin memberikan sumbangsi buat negerinya, yaitu berdikari dalam ekonomi, berdaulat dalam politik, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Kampus hijau, kampus peradaban, jayalah selalu.
Add caption |
Responses
1 Respones to "Menatap Peradaban Kampus Solutif (Refleksi Milad UMI ke-62)"
Mantap UMI.
Selamat..
27 Juni 2016 pukul 04.24
Posting Komentar