Aksi KPK yang membuntuti
AF (Ahmad Fathanah), sebagai orang dekat Luthfi Hasan Ishaaq (LHI)
hingga menerima uang dari PT. Indo Guna Utama dari Juar Effendi (JE) dan
Abdi Arya Effendi (AAE) di Kantor PT Indoguna Utama. Akhirnya berbuah
hasil pada 29 Januari 2013 pukul 20.20. Setelah AF benar-benar menerima
uang dari Direktur PT Indoguna. KPK-pun menangkap AF. Dan Pada pukul
22.30 WIB, KPK juga menangkap JE dan AAE di kawasan Cakung, Jakarta
Timur.
Uang satu miliar yang sudah ada di
tangan AF dan buku tabungan mandiri kemudian menjadi indikasi bahwa, JE
dan AAE sebagai tersangka yang akan melakukan penyuapan terhadap
petinggi Partai Keadilan Sejahtera itu melalui AF orang dekat LHI.
Berdasarkan penggalian keterangan KPK dari ketiga orang tersebut, bahwa
JE dan AAE sebagai pihak dari perusahaan pengimpor daging, akan
melakukan penyuapan terhadap petinggi PKS
untuk melancarkan usaha bisnisnya dalam menguasai pemasukan daging
impor. Hanya untuk perusahaannya saja mendapat kuota izin impor daging
sapi dalam jumlah yang banyak. LHI diduga kuat akan menggunakan
pengaruhnya sebagai Presiden Partai Keadilan Sejahtera sekaligus sebagai
anggota DPR Komisi I, untuk mengintervensi pihak-pihak yang berwenang
mengatur impor daging sapi.
Kemudian, 30 Januari 2013 pukul 20.00
WIB, KPK mengumumkan tiga orang yang tertangkap dan Luthfi Hasan Ishaaq
sebagai tersangka. Pada malam itu juga, pukul 23.30 WIB, KPK menjemput
LHI untuk diperiksa. Menurut KPK, ada dua alat bukti yang
mengindikasikan keterlibatan LHI.
Sebagaimana dalam gelar perkara yang
dilakukan oleh KPK tersebut. Johan Budi mengurai bahwa alat bukti yang
dimiliki KPK untuk menjerat LHI tidak hanya diperoleh saat operasi
tangkap tangan. KPK telah mengumpulkan bukti sebelum operasi itu. Sebab,
KPK telah lama mengikuti pergerakan AF. Salah satu bukti adalah
pertemuan LHI dan FH terkait pemberian uang suap tersebut. Informasi
dari KPK juga menyebutkan, ada komitmen Rp 40 miliar yang diduga
dijanjikan kepada LHI. Komitmen itu dihitung dari banyaknya kuota daging
yang diizinkan dikalikan dengan Rp 5.000 Per kilogram daging. Uang Rp 1
miliar yang disita dari proses tangkap tangan KPK diduga sebagai uang
muka dari komitmen Rp 40 miliar tersebut.
Dibalik Aksi KPK, lembaga anti rasuah itu
dalam “penjemputan paksa”. Terhadap Presiden partai bulan sabit kembar
itu. Ramalan para pengamat politik bukan sekeder ramalan yang
“nyeleneh”.
Saat awal mengawali tahun baru, dikatakan
oleh para pengamat politik. Bahwa tahun 2013 sebagai tahun yang penuh
intrik, tahun kritis, tahun serang-menyerang, tahun politik saling
sandera, tahun korupsi. Dan tak sungkan-sungkan, prediksi politik
fenomenal. Menobatkan sebuah partai yang dikenal sebagai partai yang
bersih dan peduli. Akhirnya terancam juga dalam tubir jurang kehancuran.
Seperti partai lainnya. Sebut saja misalnya Partai Demokrat yang sudah
“betah” dengan topan badai korupsinya. Dan PKS juga dilanda sunami besar impor daging sapi.
Dalam menganalisis pelaku korupsi di bidang politik. Terutama yang terkait dengan political corruption. Ada dua ranah yang menyentuhnya. Ranah pertama adalah ranah hukum yang berbicara pada wilayah kebenaran empirik. Ranah kedua
adalah ranah politik dengan memakai pendekatan kebenaran logis. Dalam
konteks ini politik kadang jauh lebih kejam menghakimi seorang sebagai
pelaku korupsi. Dibandingkan ranah hukum yang harus membutuhkan waktu,
sembari menunggu putusan pengadilan yang inkra.
Karena itu, tindakan yang diambil oleh
LHI kemarin, di depan gedung KPK. Langsung menyatakan mengundurkan diri.
Adalah langkah dan tindakan yang tepat, sebagai petinggi partai. Untuk
mengembalikan kepercayaan para kader dan simpatisannya. Kendatipun
kader-kadernya mungkin juga kaget, bahkan tidak menyangka. Petingginya
terseret juga dalam pusaran korupsi. Sungguh sebuah bencana bagai badai
sunami, yang tidak pernah disangka-sangka. Langsung menyeret dan
meluluhlanthakan slogan PKS yang dikenal “bersih korupsi, mulia, dan sikap pedulinya.”
Memang, tidak ada yang bisa menafikan siapapun dapat terjerat dalam pusaran kejahaan extra ordinary crime
tersebut. Keran korupsi ibarat sebuah naluri yang dapat menyebarkan
virus kemana-mana. Tak kenal tokoh agama, uztads, kyai, ulama. Apalagi
partai politik yang hanya memperoleh image “bersih dari korupsi” karena bentukan media dan opini public semata.
Lagi-lagi wilayah bersih korupsi. Ibarat
iman yang melandasinya, sehingga kejujuran hanyalah ukuran Tuhan dan
pribadi manusianya saja. Adapun kalau manusia yang mengukur itu hanya
pengklaiman sepihak. Misalnya sebagai orang yang pantas mendapat
“peluang surgawi”. Maka tepatlah senandung lirih seorang intelektual
besar Mesir, Muhammad Abduh, “Audzubillah min alsiyasah wa al-siyasiyyin” (Saya berlindung dari godaan politik dan kaum politisi).
Ceruk pasar pemilih PKS menuju 2014, akan
teruji dalam menjemput pemilu sekitar satu tahun setengah ke depan.
Karena harapan memilih partai intelektual bersih. Kini diserang pucuk
pimpinannya dalam hantaman badai sunami korupsi impor daging sapi.
Patut dicatat dan diketahui bahwa kemenangan PKS sebagai
partai Islam. Dalam pemilu 2009 mendulang suara sekitar 7.788 % (57
kursi DPR). Semua berasal dari kelompok pemilih kalangan elit, pemilih
rasional. Yang jika dikalkulasi rata-rata kelompok demografinya berada
di daerah perkotaan. Kelompok jenis ini adalah ceruk pasar pemilih yang
gampang pindah dan jatuh cinta ke lain hati. Lebih tepatnya, basis
elektoral PKS juga banyak dihuni oleh massa mengambang (swing voters).
Jadi sedikit saja mengalami kekecewaan, bisa saja mencari partai
alternatif. Kalaupun itu tidak ada partai yang dapat memenuhi aspirasi
“hatinya”. Kemungkinan besar akan memilih Golput. Sepertinya, jika PKS
kalau tidak cepat berbenah diri. Partai padi yang diapit oleh dua blan
sabit ini. Akan semakin suram, rontok, dan buram masa depannya di 2014
nanti.
Jadi, pasca penetapan LHI sebagai
tersangka oleh KPK. PKS yang dikenal sebagai partai dakwah harus berani
melakukan terobosan radikal. Guna mengembalikan marwah partainya. Dan
satu lagi, para elit PKS, jika ingin membuktikan dirinya sebagai partai
bersih dari korupsi. Saat ini jangan menutupi kasus yang menimpa
petingginya. Kalau memang sebagai partai yang selalu digemborkan sebagai
partai jujur.
Seyogianya Hidayat Nurwahid tidak perlu
mengatakan: “bahwa penangkapan LHI oleh KPK, KPK telah diskriminatif dan
tebang pilih.” Karena “satu kata” dalam politik. Bisa menjadi senjata
tajam yang akan memakan tuannya sendiri. Bahkan dapat melucuti jantung
kredibiltas partai politik itu.
Bukankah, juga kita semua tahu bahwa saat ini. Publik lebih percaya (trust)
pada KPK dari pada partai politik ?. kita bisa membuka mata bahwa
sunami korupsi yang hampir melanda semua partai politik. KPK akhir-akhir
ini terkesan sebagai pahlawan.
Di atas semua itu, patut disadari sat
ini. Semua partai politik berada dalam pusaran korupsi. Adalah imbas
dari partai poitik yang berbiaya mahal. Terutama dalam biaya spending
kampanye yang tinggi. Sebagai partai politik yang kepengen besar.
Hendak menjadi peringkat tiga di pemilu 2014 nanti. Jelas menaruh
“tabungan harapan”. Dari nasabah, kader-kadernya yang berada dalam
pos-pos setiap jabatan legislatif dan eksekutif.
Dalam situasi tersebut, mungkin saja
tidak salah. Kalau kita menilai jika mantan petinggi PKS. LHI memainkan
proyek impor dagang sapi. Untuk kepentingan partai bulan sabit
kembarnya.
Dana anggaran partai politik dalam
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, saat ini memang
tidak ditegaskan audit terhadap setoran Caleg. Karena mungkin saja
para elit politik sengaja menciptakan regulasi yang remang-remang. Agar
mereka semua, semakin senang bermain dalam keremangan.***
Responses
0 Respones to "Rontoknya Mesin Elektoral PKS"
Posting Komentar